Selasa, 26 Februari 2008

Kalau Bisa Empat, Kenapa Harus Satu?

Dikutip dari Majalah Alia

Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM nampaknya sudah bukan hal yang aneh lagi. Bahkan sebelum harga BBM resmi naik, harga-harga sudah mulai naik mendahului. Tentu saja hal ini membawa konsekuensi yang tidak sedikit pada anggaran rumah tangga setiap orang. Otomatis pengeluaran akan bertambah, sementara penghasilan....? nampaknya diam di tempat tak bergerak.

Lalu bagaimana mengatasinya? Dalam keadaan defisit, selalu ada dua jalan keluar. Cara pertama yaitu dengan mengurangi pengeluaran atau melakukan penghematan, dan cara kedua yaitu dengan menambah penghasilannya. Atau jika keduanya dilakukan sekaligus akan lebih baik lagi.
Berhemat adalah cara yang cukup efektif dalam jangka pendek. Tapi hemat juga ada batasnya, lagipula kenaikan harga ini sepertinya bukan cuma sekali. Maka solusi untuk jangka panjang lebih tepat adalah dengan menambah penghasilan agar tidak lebih besar pasak dari pada tiang.
Menambah penghasilan bukan cuma berarti meminta kenaikan gaji pada atasan, atau mencari pekerjaan baru yang lebih menjanjikan. Itu memang bisa dilakukan, tapi tidak selalu berhasil pada setiap orang. Kalau menambah penghasilan dari sumber yang sudah ada sekarang dirasa sulit, maka mau tidak mau Anda harus mencari sumber pemasukan yang lain sebagai tambahan.
Pada dasarnya, ada banyak sumber untuk mendapatkan penghasilan. Dan yang paling populer sekarang ini adalah dengan membagi sumber pemasukan menjadi 4 kelompok. Yaitu sumber pemasukan yang berasal dari bekerja sebagai Karyawan, menjadi Pekerja Mandiri, Pemilik Usaha, atau sebagai Investor. Biasanya sumber pemasukan ini dibagi kedalam kuadran (bidang empat) dan populer dengan sebutan cash flow quadrant.
Bekerja Sebagai Karyawan
Ini adalah sumber penghasilan yang paling populer dan banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Yaitu dengan menjadi karyawan yang bekerja baik itu di pabrik, perusahaan, pemerintah, maupun usaha kecil. Seorang karyawan mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya berupa gaji yang jumlahnya tetap dan pasti. Inilah yang bagi sebagian orang menjadi faktor utama dipilihnya jalur menjadi karyawan sebagai sumber penghasilan. Selain itu, dengan menjadi karyawan juga bisa mendapatkan keamanan dan jaminan masa depan. Misalnya dengan adanya jaminan tunjangan asuransi kesehatan dan pensiun. Biasanya seorang karyawan memiliki jam kerja yang tetap setiap hari, kecuali untuk karyawan pabrik yang punya jadwal shift. Sehingga sulit rasanya untuk bisa menjadikan karyawan sebagai penghasilan tambahan jika sekarang ini sudah bekerja sebagai karyawan di perusahaan lain. Tapi kalau sekarang Anda bukan karyawan, maka tidak ada salahnya untuk menjadi karyawan sebagai side job Anda dan mendapatkan penghasilan tambahan berupa gaji bulanan.
Pekerja Mandiri
Tidak semua orang bisa menjadi pekerja mandiri. Karena ada satu syarat mutlak untuk menjadi pekerja mandiri, yaitu keahlian khusus. Karena menjadi pekerja mandiri adalah menjual keahlian Anda pada orang lain secara freelance. Contoh dari pekerja mandiri adalah seorang dokter yang membuka praktek di rumahnya, pengacara yang menerima tugas mendampingi kliennya, seorang tukang jahit atau katering yang menerima pesanan konsumennya. Seorang pekerja mandiri tidak mendapatkan gaji bulanan seperti halnya karyawan, melainkan mendapatkan honor atau fee langsung dari konsumennya atas jasa yang dilakukannya. Jika Anda memiliki keahlian khusus yang bisa diandalkan, maka menjadi pekerja mandiri nampaknya bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Mungkin selain bekerja sebagai karyawan sekarang ini, Anda bisa juga tetap menerima pesanan kue atau jahitan di luar jam kantor. Atau mungkin menerima panggilan reparasi alat elektronik di malam hari atau hari libur sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama.
Pemilik Usaha
Kalau karyawan adalah profesi yang paling populer dan banyak dilakukan orang, maka menjadi pemilik usaha adalah profesi yang paling banyak diinginkan orang, apapun profesinya sekarang. Percaya atau tidak, sebuah survey pernah membuktikan bahwa mayoritas responden mengatakan ingin menjadi pengusaha walaupun mereka pada saat itu kebanyakan bekerja sebagai karyawan swasta atau PNS. Yang dimaksud dengan menjadi pemilik usaha adalah mengandalkan pemasukan terutama dari hasil usaha berupa prive atau deviden, bukan dari gaji bulanan. Kalau Anda sekarang masih menjadi pimpinan di perusahaan Anda sendiri dan menerima gaji rutin setiap bulan, itu artinya Anda masih bisa dikatakan sebagai karyawan. Walaupun Anda pemilik usaha tersebut, tapi penghasilan Anda bukan sebagai pemilik usaha melainkan sebagai karyawan. Pemilik usaha yang saya maksud disini adalah seseorang yang sumber penghasilannya dari usaha yang ia miliki, bukan dari pekerjaan yang ia lakukan. Biasanya, pemilik usaha bisa memiliki banyak waktu luang karena ia hanya perlu mengontorol usahanya sewaktu-waktu saja. Ia masih punya banyak waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara lain seperti bekerja sebagai karyawan di tempat lain atau menjual keahlian yang dimilikinya. Atau kalau Anda sekarang ini sebagai karyawan dan kebingungan bagaimana caranya mengembangkan dana yang dimiliki sedangkan perbankan tidak bisa menjanjikan hasil yang optimal. Bisa saja Anda membuka warung atau memodali seseorang untuk membuka usaha, lalu Anda tinggal mengontrol dan menikmati keuntungannya saja. Membuka lapangan kerja sekaligus menambah penghasilan keluarga. Dan yang populer juga sekarang ini adalah dengan usaha pemasaran langsung atau MLM, walaupun tidak membuka lapangan kerja baru, tapi bisa menambah penghasilan yang cukup lumayan.
Investor
Ketiga sumber pemasukan di awal tadi membutuhkan banyak aktivitas fisik. Karyawan “menjual” jam kerjanya dengan gaji bulanan, begitu juga pekerja mandiri yang walaupun lebih fleksibel namun tetap saja mengandalkan aktivitas fisik untuk mendapat penghasilannya. Sedangkan pemilik usaha biasanya juga harus bekerja dulu di awalnya sebelum bisa menyerahkan pengelolaan usahanya pada orang lain. Tapi investor beda, investor lebih banyak mengandalkan kekuatan modal dan strategi dalam mengelola dan mengembangkan dana yang dimilikinya. Investor mendapatkan penghasilan tidak dari gaji bulanan, klien yang menyewa jasanya, atau konsumen yang membeli dagangannya. Ia mendapatkan penghasilan dari mengembangkan dana yang dimilikinya baik itu berupa bunga, bagi hasil, capital gain dan sebagainya. Investasi adalah sumber penghasilan tambahan yang bisa dilakukan siapa saja selama ada uang di tangannya. Karena berinevstasi tidak menyita banyak waktu dan bisa dilakukan sambil bekerja. Sementara masalah keahlian mengatur strategi bisa dikerjakan oleh sang ahli yang dibayar berdasarkan keuntungan yang didapat atau berdasarkan aset yang dikelola.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah, bisakah seseorang memiliki keempat sumber penghasilan ini sekaligus?
Jawabnya, kenapa tidak? Sebagai seorang karyawan yang saat ini mengandalkan gaji bulanan, Anda bisa saja menjual keahlian yang dimiliki di luar jam kantor, dan menyisihkan sebagian penghasilan Anda selama ini untuk membuka usaha dan berinvestasi. Dengan cara ini Anda bisa memiliki 4 sumber penghasilan sekaligus.
Keahlian apa yang bisa Anda jual, usaha apa yang cocok untuk Anda, dimana investasi yang menguntungkan. Itu urusan belakangan. Yang penting sekarang adalah jangan menutup diri Anda terhadap kemungkinan memiliki berbagai sumber penghasilan (multi source of income).
Jangan lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa bekerja sementara masih banyak orang yang menganggur, karena bekerja bukan jaminan bisa mencukupi kebutuhan hidup. Jangan juga lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa memiliki usaha yang tidak banyak orang bisa melakukannya, karena usaha terkadang bisa naik dan sebaliknya juga bisa turun. Dan jangan pula lekas puas hanya karena punya investasi dimana-mana, karena tak selamanya investasi itu aman dan menguntungkan.
Namun milikilah sebanyak-banyaknya sumber penghasilan. Karena kalau yang satu turun, masih bisa mengandalkan yang lainnya. Kalau yang satu gagal, masih ada cadangan untuk menutupinya. Kalau bisa memiliki empat sumber penghasilan sekaligus, kenapa cuma punya satu?
Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Musim Hujan, Persiapkan Keuangan Anda

Dikutip dari Kontan, 12 Januari 2008
Wuihhhh Banjir dimana-mana, semua ribut dan semua sedih. Bagaimana persiapan Anda dengan datangnya musim ini ? mungkin Anda secara pribadi telah siap. Tapi bagaimana dengan keuangan Anda ? Apakah siap menghadapi musim hujan ?
Apa Pengaruhnya ?
Mungkin ini adalah pertanyaan yang ada dibenak Anda, apa sih hubungannya musim hujan dengan keuangan saya ? masa iya sih musim hujan memberikan pengaruh kepada keuangan ?Mungkin Anda tidak sadar tentang hal ini. Sebab kebetulan musim hujan tahun ini berdekatan dengan musim libur dan akhir tahun dimana saat itu adalah saat semua orang menguras tabungan liburannya. Jadi pengeluaran bulan ini walau lebih besar, tapi dianggap wajar karena digunakan untuk keperluan hari besar dan liburan.
Namun sedikit tugas dari saya, cobalah Anda perhatikan lagi dengan teliti pengeluaran bulanan keluarga Anda. Saya yakin pengeluaran bulan ini lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya saat musim hujan belum tiba. Kenapa demikian ? berbeda dengan musim panas, musim hujan biasanya memberikan dampak yang lebih luas terhadap kehidupan. Misalnya perjalanan melambat karena hujan begitu derasnya, jalan yang licin karena terus tergenang, penyakit yang lebih mudah “mampir” karena genangan air yang selalu ada, dan masih banyak lagi. Harus diakui hal itu berpengaruh terhadap keuangan, khususnya keuangan keluarga. Coba tanyakan ke istri bagaimana harga sayur hari ini, tanyakan ke anak berapa banyak temannya tidak masuk sekolah hari ini karena sakit. Dan lihat dompet Anda, berapa rupiah yang sudah Anda keluarkan untuk mencuci mobil, bayar ojek payung dan polisi cepek yang membantu Anda berbalik arah karena banjir. Cukup besar dan kalau Anda sekali waktu membandingkannya dengan pengeluaran rutin bulanan saya bisa pastikan angkanya di atas 30% pengeluaran biasanya. Jadi memang musim juga memiliki pengaruh terhadap keuangan kita.
Pengeluaran mendadak dan Mendadak pengeluaran
Dalam sebuah kejadian khusus, biasanya selalu terjadi perubahan dalan keuangan kita. Dan hal itu juga terjadi pada musim penghujan seperti ini. Saya sering menyebutnya sebagai pengeluaran mendadak dan Mendadak menjadi pengeluaran.
Pengeluaran mendadak artinya pengeluaran yang tiba-tiba terjadi dan berjumlah cukup besar diluar anggaran rutin keluarga. Begitu besarnya, sampai – sampai keluarga harus menguras tabungannya, mencairkan investasinya atau bahkan berutang.
Contoh pengeluaran mendadak di saat musim hujan adalah opname di rumah sakit akibat muntaber, diare dan penyakit musim hujan lainnya. Contoh lain seperti biaya bengkel kendaraan yang kebanjiran dan sebagainya. Biasanya jumlahnya cukup besar dan menguras dompet.
Sedangkan mendadak menjadi pengeluaran adalah pengeluaran yang rutin harus terjadi akibat terjadinya musim penghujan. Misalnya biaya cuci mobil, ojek payung, membeli vitamin dan sebagainya. Contoh lainnya adalah tambahan biaya akibat kenaikan harga sayur, ikan dan bahan pokok lain.

Jadi bisa Anda lihat, kalau di musim hujan ini pengeluaran Anda lebih besar, itu bukan hanya terjadi di keluarga Anda, orang lain juga mengalami.
Cadangkan dan Proteksi
Bila di musim hujan saat ini permasalahan ini terjadi pada pengeluaran Anda, mungkin sudah saatnya Anda mengatur kembali pos-pos keuangan Anda.
Untuk pengeluaran mendadak, mungkin sudah saatnya Anda memproteksi keuangan Anda dengan mencari pihak lain yang mengatasinya. Untuk diri Anda dan keluarga, mulailah mencari asuransi kesehatan yang bisa mengcover risiko sakit Anda dan keluarga. Anda bisa memilih program penggantian yang akan mengganti biaya pengobatan atau bisa juga memilih program santunan yang akan mengganti sejumlah uang atas risiko yang terjadi pada Anda. Untuk asset yang Anda miliki, pindahkan risiko akibat musim hujan ke pihak lain yaitu asuransi kerugian.
Untuk mendadak pengeluaran, tidak ada cara lain selain Anda mulai memikirkan memiliki dana cadangan. Biasanya kita tidak melihat kepentingan pos ini pada saat semuanya normal dan berjalan sesuai yang Anda harapkan. Namun bila seperti sekarang, musim hujan datang dan ternyata curah hujannya sangat tinggi dan sebagai mempengaruhi semua hal termasuk keuangan Anda, maka baru dirasakan bahwa kebutuhan akan dana cadangan memang suatu keharusan. Siapkan saja cadangan musim hujan sebesar 30% dari pengeluaran rutin bulanan, maka Anda tidak harus mengganggu tabungan, investasi apalagi harus berutang.